Di Pagi buta, tepat pukul 04:00 wita. Suasana di sebuah desa
perkemahan begitu sepi. Semua orang di perkemahan itu bersiap-siap untuk
menyambut pagi yang cerah dan melakukan aktifitas. Waktu sholat subhu tiba, aku dan
teman-temanku yang muslim pun segera bergegas untuk melaksanakan sholat subhu.
Sedangkan yang lain ‘non muslim’, sibuk untuk menyiapkan sarapan pagi. Selesai
Sholat, semuanya langsung melaksanakan
aktifitas senam pagi bersama.
Beberapa jam kemudian di siang hari, waktu untuk pembagian pos yaitu evaluasi bagi anggota baru. Aku berada di pos tiga dengan temanku namanya kak’Sinta. Sedangkan di pos empat ada seorang pria yang sangat manis, tampan, putih, juga tinggi. Namanya Randi, dia adalah seniorku.
Pertama kali melihatnya aku merasa bahwa aku punya rasa yang berbeda terhadapnya. Walau pun itu masih penuh dengan keraguan dan belum pasti. Aku pun tidak sadar, ternyata selama kegiatan pos evaluasi berlangsung Randi sering curi pandang denganku. Aku tidak mengetahuinya, Sinta lah yang mengatakannya padaku.
Kemudia Randi menyuruh salah seorang junior ’anggota baru’ namanya Davit untuk memberikanku setangkai bunga. Namun, itu bukan bunga asli melainkan ranting pohon yang ada di dekatnya ia simbolkan sebagai bunga.
“De, ini ada bunga. Sekarang kamu pergi ke pos tiga. Kamu kasih bungan ini dengan Kak’Dewi yaaa......
tapi bunga ini bukan dari saya, itu dari kamu. Bagaimana caranya kak’Dewi harus terima. Ok ! “
Kata Randi pada Davit.
Beberapa jam kemudian di siang hari, waktu untuk pembagian pos yaitu evaluasi bagi anggota baru. Aku berada di pos tiga dengan temanku namanya kak’Sinta. Sedangkan di pos empat ada seorang pria yang sangat manis, tampan, putih, juga tinggi. Namanya Randi, dia adalah seniorku.
Pertama kali melihatnya aku merasa bahwa aku punya rasa yang berbeda terhadapnya. Walau pun itu masih penuh dengan keraguan dan belum pasti. Aku pun tidak sadar, ternyata selama kegiatan pos evaluasi berlangsung Randi sering curi pandang denganku. Aku tidak mengetahuinya, Sinta lah yang mengatakannya padaku.
Kemudia Randi menyuruh salah seorang junior ’anggota baru’ namanya Davit untuk memberikanku setangkai bunga. Namun, itu bukan bunga asli melainkan ranting pohon yang ada di dekatnya ia simbolkan sebagai bunga.
“De, ini ada bunga. Sekarang kamu pergi ke pos tiga. Kamu kasih bungan ini dengan Kak’Dewi yaaa......
tapi bunga ini bukan dari saya, itu dari kamu. Bagaimana caranya kak’Dewi harus terima. Ok ! “
Kata Randi pada Davit.
Kemudian Davit mengambil ranting tersebut dan langsung ke
posku. Dengan raut muka yang tegang, takut ia pun memberanikan diri untuk
memberikan ranting tersebut kepadaku. Segala kalimat ia ucapkan agar aku
menerima ranting atau pun bunga itu dari dia. Aku tahu maksud dari Randi itu
apa. Ini adalah salah satu cara buat uji mental
anggota baru. Agar mereka punya keberanian dalam melakukan sesuatu. Aku
hanya tersenyum mendengarkan Davit dengan upayanya merayuku. Randi pun juga, ia
tertawa di posnya melihat aksi Davit.
“ Kak Dewi, aku punya bunga buat kakak. Kakak terima yaa, ini tanda kalau aku suka dengan kakak. Karna kakak orangnya baik, manis juga tidak bosan untuk di pandang.” Kata Davit merayuku.
“ Maaf yaa de. Aku tidak bisa menerima itu. Aku tidak suka dengan ranting pohon. Kalau bunga asli, aku pasti menerimanya. Terima kasih juga atas pujiannya.” Jawabku sambil mengambil ranting tersebut dan meremukannya di depan Davit.
Dengan wajah yang harus menanggung malu di depan teman-temannya, ia langsung kembali ke pos empat. Randi pun menyalahkannya, kenapa aku tidag menerima ranting atau pun bunga itu. Semua orang tahu, kalau Randi tidak serius dengan sikap dan ucapanya terhadap Davit. Karna itu hanyalah sebuah cara yang di lakukan senior kepada anggota baru.
“ Kak Dewi, aku punya bunga buat kakak. Kakak terima yaa, ini tanda kalau aku suka dengan kakak. Karna kakak orangnya baik, manis juga tidak bosan untuk di pandang.” Kata Davit merayuku.
“ Maaf yaa de. Aku tidak bisa menerima itu. Aku tidak suka dengan ranting pohon. Kalau bunga asli, aku pasti menerimanya. Terima kasih juga atas pujiannya.” Jawabku sambil mengambil ranting tersebut dan meremukannya di depan Davit.
Dengan wajah yang harus menanggung malu di depan teman-temannya, ia langsung kembali ke pos empat. Randi pun menyalahkannya, kenapa aku tidag menerima ranting atau pun bunga itu. Semua orang tahu, kalau Randi tidak serius dengan sikap dan ucapanya terhadap Davit. Karna itu hanyalah sebuah cara yang di lakukan senior kepada anggota baru.
Hari demi hari
berlalu. Ketika aku tidak melihat wajah manisnya lagi, aku mulai merindukannya.
Aku merindukan senyuman manis di wajahnya, aku pun berusaha bagaimna caranya agar aku tahu kabar Randi di sana.
Aku tanya kepada teman-temannya, namun mereka tidak mengetahuinya. Seketika aku
pun ingat,
Sekarang sudah zaman yang canggih. Orang-orang bisa saling
terhubung tanpa harus bertemu langsung. Aku punya akun facebook dan twitter.
Dan sungguh tidak mungkin Randi tidak punya, akhirnya aku coba untuk mencari
tahu tentangnya di dunia Maya.
Hatiku semakin
berbunga-bunga, pertanyaan pun muncul di benakku. Apakah ini cinta ???, aku
bingung, gelisah tak menentu. Senang rasanya ketika aku dan Randi mulai
berkomunikasi melalui dunia Maya. Aku menanyakan kabarnya, dia pun sebaliknya.
Dan dengan malu-malu, aku mengatakan kepadanya bahwa aku menyukainya. Wajahku
mulai kemerahan, walau pun tidak bertemu langsung tapi rasa malu tetap ada.
Ternyata dia pun sebaliknya, dia juga mengatakan bahwa waktu ia menyuruh Davit
memberikanku ranting pohon itu, dia
sudah punya perasaan yang berbeda terhadapku.
Dan kami pun jadian, tepat tanggal 03 oktober 2010. Walau aku dan Randi
tahu kami harus menjalin hubungan jarak jauh.
Tapi bagi aku, itu bukan lah sebuah penghalang asal saling setia dan
menjaga kepercayaan dari masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar